Banyak konselor pernikahan yakin bahwa salah satu halangan terbesar
untuk berhasilnya pernikahan adalah keegoisan. Untuk jadi egois adalah
dengan terlalu memperhatikan kesenangan, keuntungan atau kemakmuran
sendiri tanpa memikirkan orang lain. Bayi sangat egois. Mereka hanya
memperhatikan kepentingan mereka saja. Saat mereka tidak nyaman, mereka
berteriak sampai seseorang melegakan ketidaknyamanan mereka. Sifat
mereka ditentukan oleh apa yang diperlakukan terhadap mereka.
Kita berharap bayi terus menjadi dewasa secara fisik, intelektual,
dan emosi. Sayangnya, walau banyak orang yang secara fisik dan
intelektual dewasa, emosi mereka sangat tertinggal. Mereka tetap melihat
dunia seperti mereka bayi. Mereka melihatnya seperti semuanya
mengelilingi mereka, ada hanya untuk kesenangan mereka. Mereka tidak
pernah benar-benar bertumbuh dari keegoisan diri kepada memperhatikan
orang lain. Saat hal tidak berjalan seperti keinginan mereka, mereka
bereaksi seperti anak kecil, seperti menangis, merengut, mengasihani
diri, marah-marah atau melempar barang disekitarnya. Mereka ingin
menarik perhatian melalui menyombongkan keberhasilan mereka atau
menjelekan orang lain.
Jika kita menempatkan 2 bayi bersama tanpa diawasi, mereka biasanya
langsung mendapat masalah! Demikian juga dengan, seorang pria dan wanita
yang emosinya belum dewasa bersatu dalam perkawinan pasti mendapatkan
masalah. Emosi yang seperti bayi tidak bisa menjadi pasangan yang baik!
Salah satu kebutuhan terbesar dalam membangun pernikahan yang kuat dan
berhasil adalah kedewasaan.
Kedewasaan biasanya tidak egois. Tentu saja, tidak ada manusia yang
sepenuhnya tidak egois; ada sedikit ketidakdewasaan dalam diri kita.
Seseorang pernah berkata “Cakar seorang dewasa dan anda akan menemukan
seorang anak Seorang lain berpendapat bahwa satu-satunya perbedaan
antara pria dan anak laki-laki adalah mainan pria lebih banyak! Karena
tidak ada yang dewasa sempurna, jelas bahwa kedewasaan merupakan istilah
relative daripada absolute. Kenyataannya, kedewasaan merupakan proses
daripada kondisi yang tetap.
Suatu tingkatan kedewasaan emosi tertentu bisa terjadi bahkan pada
orang belum percaya, karena nature dosa juga memiliki kekuatan selain
kelemahan. Anda mungkin mengenal orang non Kristen yang sedikit tidak
egois dalam wilayah tertentu hidup mereka, seperti dengan pasangan
mereka, anak, rekan bisnis, atau mertua mereka. Mereka mungkin sangat
murah hati terhadap tetangga, rekan bisnis, atau orang dikomunitas.
Mereka mungkin menunjukan belas kasih yang besar kepada orang yang
membutuhkan. Tapi saat anda mengenal mereka lebih baik, anda akan
menemukan bahwa mereka juga ada wilayah egoisnya.
Saat seseorang menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamatnya, satu
faktor diperkenalkan dalam hidupnya. Selain ego berdosanya, dengan
kekuatan dan kelemahannya, Tuhan Yesus Kristus memberikan Roh Kudus
berdiam dalam dirinya. Sifat keseluruhan seseorang sekarang tergantung
atas apakah diri atau Roh yang memegang kendali. Karena Roh Kudus
satu-satunya Pribadi yang bisa menjaga control diri,hubungan kita dengan
Dia menjadi hal yang paling penting dalam perkembangan kita. Kita
menyebutnya kedewasaan rohani daripada hanya kedewasaan emosi. Keduanya
mirip, kecuali kedewasaan emosi berhubungan erat denan perkembangan
kepribadian manusia kita, kedewasaan rohani juga mengenali kehadiran Roh
Kudus dalam hidup dan berkaitan dengan pertumbuhan hubungan kita
denganNya.
Kita telah belajar bahwa seorang Kristen bisa rohani atau duniawi
dalam tingkatan kontrol Roh Kudus atau kedagingan dalam hidupnya.
Menarik untuk diperhatikan bahwa Paulus membandingkan kedagingan dengan
bayi. Dia menulis kepada jemaat Korintus “sebagai Kristen dunia,
bahkan seperti bayi.
1. Alasan beberapa orang Kristen bertindak tidak dewasa adalah karena
nature daging mereka mengontrol hidup mereka. Dengan kata lain, mereka
jasmani. Karena ada paralel antara kedagingan dan ketidakdewasaan, kita
bisa berasumsi bahwa ada juga paralel antara rohani dan kedewasaan.
Orang Kristen rohani menunjukan tanda pertumbuhan, kedewasaan rohani.
Bahkan seorang yang baru percaya bisa kelihatan dewasa. Kita kadang
mengatakan kalau anak itu sudah dewasa diumurnya. Maksud kita adalah dia
menunjukan tanda perkembangan yang tidak biasa. Kedewasaan melibatkan
pertumbuhan, dan kita terus bertumbuh secara rohani selama kehidupan
sebagai orang Kristen.
2. Tidak ada kesempurnaan dalam hidup ini hanya ada pertumbuhan yang
terus menerus.Pertumbuhan rohani terjadi saat Roh Kudus mengontrol hidup
kita. Saat kita berserah padaNya, Dia mengubah terus wilayah hidup
kita; kemudian kita menjadi mampu membangun hubungan pernikahan yang
bahagia. Mari kita bahas beberapa karakteristik kedewasaan.
(a) Pribadi yang dewasa menerima dirinya sebagaimana Tuhan
menciptakannya.
Dia tidak merasa rendah diri dengan kekurangannya atau egosi terhadap
kelebihannya. Dia mengenal tubuh, otak, dan kemampuannya diberikan
kepadanya oleh Tuhan hanya untuk melakukan tujuanNya. Karena itu dia
tidak sombong atau terpuruk oleh kegagalannya. Suatu rendah diri yang
kompleks bisa menyebabkan ketegangan serius dalam pernikahan. Seorang
yang terus menuntut kepastian untuk meningkatkan egonya bisa membuat
pasangannya terganggu. Demikian juga, seorang yang egois yang terus
merendahkan pasangannya untuk meningkatkan dirinya bisa menghasilkan
tragedi yang sama. Keduanya reaksi anak-anak, tapi Tuhan mau menolong
seorang mengatasinya jika dia mau bergantung pada Roh yang ada dalam
dirinya. Saat orang Kristen belajar menerima diri apa adanya, dia akan
belajar menerima orang lain sebagaimana mereka dicipta, dan itu akan
membuat langkah maju yang besar kearah keluarga bahagia.
(b) Seorang pribadi yang dewasa diuntungkan dari kesalahannya dan
usulan orang lain. Pribadi yang tidak dewasa mencoba mencari alasan
kegagalan mereka. Mereka menyalahkan orang lain atau Tuhan. Saat mereka
dikritik, mereka melihatnya sebagai serangan terhadap pribadi, menyerang
balik dengan kemarahan seperti, “Baik, kamu juga tidak sehebat itu!
Emosi yang masih bayi lebih mementingkan mempertahankan ego sendiri
daripada bertumbuh. Dipihak lain, pribadi yang dewasa dengan baik
menerima kritik, jujur menilai hidupnya dalam terang Firman Tuhan dan
bergantung pada Roh Kudus untuk membawa perubahan yang diinginkan. Dia
melihat usulan orang lain sebagai bagian dari rencana Tuhan untuk
mendewasakan dia.
Sifat seperti itu akan menolong mengatasi ketegangan dalam penikahan.
Daripada bereaksi seperti, “Kamu tidak pernah menghargai apa yang saya
lakukan, pribadi yang dewasa akan berkata, “terima kasih atas usulan
anda. Dengan pertolongan Tuhan saya akan mencoba mengembangkannya.
Jelas, pribadi dewasa juga hati-hati dalam mengusulkan sesuatu. Dia akan
menunggu sebentar untuk saat yang tepat, menjaga sikap kasih dan
menghargai, dan usulannya ditemani dengan pujian dan dorongan.
(c) Pribadi yang dewasa menyesuaikan diri terhadap hal yang tidak
bisa diubah.
Salah satu doa yang paing sering dinaikkan adalah, “Tuhan, berikan aku
kekuatan untuk mengubah apa yang bisa diubah, dan anugrah untuk
menerima apa yang tidak bisa diubah, dan hikmat untuk mengetahui
perbedaannya! Merupakan kenyataan yang tidak baik bahwa walau kebanyakan
pasangan saling mengasihi, banyak pasangan pernikahan tidak tahan
terhadap kebiasaan kecil yang mereka lihat dalam diri pasangannya;
mereka terus mencoba mengubah pasangannya. Kebiasaan yang mengganggu itu
kelihatannya menjauhkan mereka, dan saat mereka mengijinkan kesalahan
memangsa pikiran mereka, mereka kehilangan pandangan terhadap kualitas
yang baik yang menarik mereka pertama kali. Hasilnya adalah kepahitan
yang mendalam yang tidak hanya menghancurkan pernikahan mereka tapi
hidup pribadi mereka juga. Keduanya kekanak-kanakan dan berdosa. Buah
Roh adalah tahan menderita; yaitu kemauan untuk dengan sabar menanggung
kebiasaan mengganggu dari yang lain. Roh Kudus menghasilkan kasih
karunia dalam kita jika kita mengijinkanNya.
Beberapa orang tidak bisa menerima kenyataan lagi kealam imajinasi.
Saat kenyataan menunjukan bahwa orang yang mereka nikahi bukan apa yang
mereka harapkan, mereka akan masuk kedalam dunia mimpi, dan
menghancurkan semua harapan meningkatkan hubungan. Orang Kristen yang
dewasa, sebaliknya, menemukan kepuasan terdalam didalam Tuhan. Mereka
mampu menerima dunia nyata sebagai bagian dari rencana Tuhan untuk
menolong mereka bertumbuh.
(d) Pribadi yang dewasa menerima hal buruk, kekecewaan, atau tekanan
dengan tenang dan stabil. Dia tahu hidupnya didalam tangan Tuhan apapun
yang Tuhan ijinkan adalah baik. Pribadi yang dewasa menjaga control diri
saat keadaan tidak seperti yang diinginkan. Ada ketenangan saat seorang
suami menerima kabar dipindahkan kekota yang jauh atau saat istrinya
menelepon kekantor dan berkata dia telah menabrak mobil orang lain!
Kadang, hal yang terkecil mengganggu kita dan menyebabkan kita
bertindak egois dan tidak dewasa. Salah satu survei menunjukkan bahwa
keluhan paling umum dari suami dan istri terhadap pasangannya adalah
sifat yang mengganggu. Kita membiarkan hal yang remeh “mengganggu kita
dan mengesalkan kita; saat itu kita bereaksi dengan marah-marah atau
merengut. Selama perjalanan konseling pernikahan saya, saya telah
mendengar banyak sifat kekanak-kanakan diantara orang Kristen, seperti
suami yang melempar barang dalam rumah atau memukul istrinya. Saya
pernah menemui pria yang tidur dilantai dan menggelepar seperti bayi,
dan yang memukul tangannya kedinding karena marah terhadap apa yang
dilakukan istrinya! Jika pernikahan kita ingin memuliakan Tuhan, kita
perlu bertumbuh dengan mengijinkan Roh Kudus mengambil alih hidup kita.
Dia akan menunjukkan kepada kita buah pengendalian diriNya.
Walau contoh sebelumnya hanya suami, istri tidak berarti tidak
bersalah. Saya pernah mendengar suami menggambarkan istrinya menendang
dan berteriak atau lebih umum pasangan yang tidak bisa diperkirakan.
Tidak ada yang lebih mematahkan semangat bagi suami daripada saat pulang
rumah menemukan istri ngomel tentang hal kecil dan meracuni suasana
keluarga selama malam hari. Salomo pasti pernah mengalaminya. “Lebih
baik sekerat roti yang kering disertai dengan ketenteraman, dari pada
makanan daging serumah disertai dengan perbantahan. “Lebih baik
tinggal di padang gurun dari pada tinggal dengan perempuan yang suka
bertengkar dan pemarah pertengkaran seorang isteri adalah seperti tiris
yang tidak henti-hentinya menitik.Tiris air yang tidak berhenti
merupakan bentuk penyiksaan masa lalu bukan perumpamaan yang memuji!
Siksaan menjadi cara hidup, kebiasaan. Kita perlu berserah pada Roh
Kudus untuk dewasa.
(e) Pribadi yang dewasa menerima dan memenuhi tanggung jawabnya.
Kedewasaan melibatkan kemandirian. Pekerjaan yang tidak selesai, janji
yang tidak dipenuhi, dan maksud baik yang tidak dilakukan merupakan
contoh ketidakmandirian. Pribadi yang tidak dewasa tidak bisa melakukan
tugas dengan bahagia yang merupakan tanggung jawabnya. Dia mengeluh,
tidak puas atau tidak menikmati pekerjaannya. Istri mengeluh karena
hidup suatu rutinitas. Ibu yang bekerja ingin jadi ibu rumah tangga.
Beberapa pria mengabaikan kesempatan menelepon istrinya saat mereka
tidak bisa pulang diwaktu biasanya. Buah roh adalah kesetiaan
(faithful), artinya “percaya atau “mandiri. Kita perlu menyerahkan
diri pada Roh Kudus untuk menjadi setia!
(f) Pribadi yang dewasa kepuasan terbesarnya adalah membuat orang
lain bahagia.
Kita tidak pernah menemukan kebahagiaan dengan mencarinya. Makin kita
mencari, makin kita frustrasi dan kecewa. Mencari kesenangan sendiri
hanya menghasilkan ketidakbahagiaan. Hidup untuk kepentingan orang lain
membawa kebahagiaan, pelajaran yang tetap harus dipelajari banyak
pasangan dalam pernikahan. Saat kita percaya Roh Tuhan bisa membuat kita
tidak egois untuk pasangan kita, tidak minta balasan, kebahagiaan yang
kita dapatkan sangat besar. Setiap kali anda memicu konflik dalam
hubungan pernikahan anda, tanyakan pada diri anda, “Sekarang kenapa
saya melakukan itu? Anda mungkin haru mengakui bahwa anda melakukan itu
untuk kesenangan anda sendiri. Minta maaf dan arahkan kembali tindakan
dan perkataan untuk pasangan anda. Jangan menyarankan pasangan anda
melakukan hal yang sama. Anda akan menemukan istri anda berespon dengan
pengertian baru juga!
Hal ini butuh harga. Sebenarnya, hal ini mengorbankan semuanya. Tapi
pribadi yang dewasa mau memberikan semuanya, kemudian menunggu dengan
sabar Tuhan berkarya. Hanya bayi dan anak kecil yang menuntut apa yang
mereka inginkan disaat itu juga. Mereka hidup untuk saat itu, menuntut
cara mereka dalam setiap keadaan. Pribadi yang dewasa sering
mengorbankan kesenangan pribadi agar bisa mendatangkan kesenangan bagi
orang lain. Secara paradoks, ini juga akan membawa kebahagiaan bagi yang
memberi!
Pelajaran penting ini butuh waktu untuk dipelajari. Kita semua kadang
merasa memiliki hak untuk memuaskan keegoisan kita. Kita sudah lama
melakukan itu, jadi kenapa mengubahnya sekarang! Tapi semakin sering
kita berespon terhadap situasi itu dalam control Roh Kudus, makin mudah
praktek itu dan semakin cepat kita dewasa. “Ketika aku kanak-kanak,
aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak,
aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa,
aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu .
0 komentar:
Posting Komentar